Studi kasus yang digunakan Geertz untuk menguraikan ‘Seni sebagai Sistem Budaya’ ialah penulisan puisi di Maroko.  Tiga masalah utama terkait perkaitan antara keislaman dengan puisi di Maroko, ialah: (1) Status Alquran; (2) Bingkai Puisi; dan (3) Komunikasi Interpersonal. Mengutip Marshall Hodgson, status Alquran adalah ‘firman’ langsung dari Allah, dan bukannya sabda seorang nabi tentang tuhan. Karenya, Alquran bagi kaum muslim dapat dipahami sebagai tindak-tutur (speech-act) dari Allah, berupa perintah kepada umat manusia.  Perspektif ini menghadirkan konsep resitasi: mengungkapkan bahwa Al-quran bukan sebagai buku, ajaran, atau perjanjian, melainkan rujukan (resitasi) tingkah laku yang harus dilaksanakan. Karya seni, misalnya puisi, senantiasa menjadikan Alquran sebagai rujukan, termasuk dalam hal tata dan gaya bahasa.

 
Karya seni, dalam hal ini pusisi senantiasa bersifat ‘di antara’ yang menunjukkan karakter tindak tutur (speect-act) dari komunitas masing-masing, Karya seni bersifat separuh doa, separuh ucapan sehari-hari. Hal ini menghadirkan konsep agonistik: yakni pertentangan di dalam semua karya seni, termasuk dalam puisi, yang terjadi karena karya seni memiliki peran ganda. Namun selain dalam hal sifat ambigunya, puisi juga memiliki aspek aspek formal, antara lain retorika, bentuk, jumlah kalimat, dan lain-lain.
Puisi-puisi atau karya seni pada umumnya digunakan sebagai cara berkomunikasi antar personal, yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran Al-quran. Tetapi puisi juga berfungsi sebagai lawan atau kritik atas kehidupan sehari-hari, sehingga karya seni berfungsi ambigu. Penulisan puisi juga berfungsi sebagai komuniksi dua arah yang dapat terwujud dari saling menghormati dan saling berbalas. Hal ini menghadirkan konsep yang disebut Geertz sebagai para-Quran: yakni cara untuk menterjemahkan dan sekaligus menegaskan peran Al-quran dalam kehidupan sehari-har.
 
Dalam pengertian semiotika atau sistem simbol, maka cara-cara pengelolaan dan penyikapan terhadap karya seni pada dasarnya dapat digunakan untuk memahami perspektif, argumentasi dan sistem yang menyusun dan mengatur suatu budaya.  Dari pengelolaan atas puisi dalam masyarakat Maroko, Geertz menunjukkan bahwa seni dapat digunakan untuk memahami suatu sistem budaya, atau yang ia sebut “Art as cultural system.” Melalui pengamatan atas puisi tersebut, akan tampak bagaimana sistem religi mempengaruhi konsep seni dan estetika, serta bagaimana seni digunakan dalam kehidupan sehari hari, antara lain untuk membangun komunikasi antar anggota masyarakat.